Galian Telkom

Hmm.... ^_^

Saturday, October 28, 2006

SMS Haji

Lama nggak nonton tv, terus terang saya kaget melihat iklan "kuis sms berhadiah naik haji". Bukankah kuis sms macam gini sudah divonis haram sama MUI ya? Kok masih aja ada yang nekat ngadain, udah gitu hadiahnya naik haji pula.

"Barangsiapa menginfaq kan harta haram (di jalan Allah) adalah seperti seseorang mencuci pakaiannya dengan air kencing, dan dosa itu tidak bisa dihapus kecuali dengan cara yang baik" - Sufyan Ats-Tsauri

Jomblo the movie

Kemarin saya menonton film ini di RCTI untuk yang ke-sekian kalinya :). Entah kenapa tiba-tiba saya teringat ada sesuatu yang menggelitik pada film ini.

Bagi anda yang membaca novelnya tentu ingat pada adegan ketika Agus berkeliling kampung mencari kondom ketika diajak ML oleh Lani. Di film juga ada adegan yang sama, namun endingnya berbeda dengan versi novelnya. Pada versi novelnya, Agus pada akhirnya benar-benar ML dengan Lani, namun pada versi filmnya Agus tidak jadi ML gara-gara melihat sepasang kekasih yang "alim". Yaaa... biasa lah versi film kan emang suka diperhalus dibandingkan versi novelnya. Standar lah.

Yang menggelitik adalah pernyataan Lani sebelum "diputus" oleh Agus. Kira-kira kata-katanya begini :
"Wah gus, akhirnya kamu ngajak makan keluar. Ngga sehat tau kalo pacaran di kamar mulu. Masak aku tiap hari harus pake turtle neck mulu? kan panas!"
Nah lo, ada yang aneh disini. Pada versi novelnya, alasan Lani memakai turtle neck adalah... karena Agus pas ML suka mencupang Lani di leher, makanya haru pakai turtle neck biar ngga keliatan. Nah.. pertanyaannya adalah... sebenarnya pada versi filmnya Agus dan Lani ML nggak sih? Hmm... mungkinkah ini salah satu korbansensor™? Kalau iya, semoga produser film jomblo merilis versi "Uncut"nya. Yaaa siapa tau ada adegan ehemm antara Doni dan Asri pada adegan di diskotik (pengen mode : on) ^_^.

Friday, October 13, 2006

Pengajar vs Pendidik

Apa bedanya pengajar dengan pendidik? Kalau saya tidak salah ingat, ada yang pernah bilang bahwa pendidik bertanggung jawab terhadap moralitas murid, sementara pengajar tidak. Pendidik harus menjadi orang yang bisa menjadi panutan bagi murid, sementara pengajar tidak. Contoh dari pendidik adalah guru (mulai dari TK sampai SMA), sementara contoh dari pengajar adalah dosen universitas.

Cuman lucunya, kenapa yang ada justru "Pendidikan di Perguruan Tinggi", bukan "Pengajaran di Perguruan Tinggi". Jadi sebenarnya dosen itu pengajar apa pendidik?